Saturday, 13 November 2010

Perang Pemikiran


Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada

anak muridnya. Ia duduk menghadap anak muridnya. Di tangan kirinya ada

kapur, di tangan kanannya ada kayu pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada

satu

permainan...

Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan

kanan ada kayu pemadam. Jika saya angkat kapur ini,

maka sebutlah

"Kapur!",


jika saya angkat kayu pemadam ini,

maka katalah "Pemadam!"


Anak muridnya faham dan seterusnya menyebut dengan betul. Guru

bersilih-ganti

mengangkat tangan kanan dan kirinya, semakin lama semakin cepat.

Beberapa saat kemudian guru kembali berkata,

"Baik sekarang perhatikan.

Jika saya angkat kapur,

maka sebutlah "Pemadam!",

jika saya angkat

kayu pemadam,

maka katakanlah "Kapur!".

Dan diulangkan seperti tadi,

tentu

saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk

mengubahnya. Namun lambat laun, mereka kembali biasa dan tidak kekok

lagi.

Selang beberapa saat, permainan berhenti.




Guru tersenyum kepada anak muridnya.

"Murid-murid, begitulah kita

umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita

begitu jelas membezakannya.

Namun kemudian, satelah musuh kita

memaksakan

kepada kita dengan perbagai cara untuk menukarkan sesuatu, perkara yang

haq telah menjadi bathil, dan sebaliknya. Pada mulanya agak sukar bagi

kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan

pelbagai cara menarik oleh mereka, lambat laun kita akan terbiasa

dengan hal itu, seterusnya kita mulai dapat mengikutinya.

Musuh-musuh

kita

tidak pernah berhenti membolak-balik dan menukar nilai murni

akidah/hukum Islam

dari masa ke semasa.




"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, Zina

tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa

rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan

yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa,

materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain."

"Semuanya

sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit

menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Faham?" tanya

Guru kepada anak muridnya.


"Baik untuk permainan kedua..." Gurunya meneruskannya......




"Cikgu ada Qur'an,cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda




berdiri diluar karpet. Permainannya adalah , bagaimana caranya mengambil




Qur'an yang ada ditengah tanpa memijak karpet?"


Murid-muridnya berfikir . Ada yang mencuba dengan tongkat, dan

selainnya.




Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil

Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet ..

"Murid-murid,

begitulah ummat Islam dengan musuhnya. .. Musuh Islam tidak akan

memijak-mijak anda dengan terang-terangan. ..Kerana tentu anda akan

menolaknya dengan mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam

dihina dihadapan mereka.

Tapi mereka akan monolak kita secara

ansur-ansur,

sehingga kita tidak sedar.




"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang

kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat.


Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn

tapaknya dulu, tentu saja dinding dan peralatan akan dikeluarkan dulu,




kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah

dihancurkan. ..."




"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan

menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan merosakkan kita.


Mulai dari perangai kita, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga

meskipun kita muslim, tapi kita telah meninggalkan ajaran Islam dan

mengikuti cara mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini

semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran).

Dan inilah yang

dijalankan oleh musuh musuh kita... "




"Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak kita, cikgu?"

tanya

murid- murid.




"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang Islam, misalnya

Perang

Salib, Perang Tartar, dan lain-lain.

Tapi sekarang tidak lagi."

"Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan

sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang secara terang-terangan,

kita akan bangkit serentak, baru mereka gerun".




"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita

berdoa dahulu sebelum pulang..."

dipetik dari sahabat fb

1 comment: